Malam lailatul qadar merupakan malam yang lebih indah dari seribu bulan. Dan masing-masing daerah memiliki budaya sendiri untuk menyambutnya.
Kapanlagi.com - Tak terasa bulan Ramadan sudah menginjak 10 malam terakhir. Berdasarkan kepercayaan umat Muslim, 10 malam terakhir bulan Ramadan merupakan malam yang istimewa. Sebab di antara malam-malam ini ada satu malam yang lebih indah dari seribu bulan dan tempat semua doa makhluk diijabah oleh Tuhan.
Masing-masing daerah tentu memiliki cara tersendiri untuk menyambut malam Lailatul Qadr. Keraton Surakarta misalnya. Pada malam ke-21, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melakukan kirab lampu minyak dan seribu tumpeng.
Acara kirab tersebut dilakukan pada Kamis (15/06) malam dengan melibatkan 700 orang peserta. Termasuk di dalamnya ada prajurit keraton, sentana, abdi dalem, dan petinggi keraton. Seluruh peserta kirab membawa uba rampe dari Kori Kamandungan (pintu utama) pada pukul 20.15 WIB.
Kirab ini menyusuri Jalan Slamet Riyadi sepanjang 1,5 Kilometer dan berakhir di Taman Sriwedari. Usai dikirab, tumpeng ini nanti akan dibagikan ke masyarakat yang datang menyaksikan. Sebelumnya, tumpeng ini didoakan oleh para ulama keraton.
"Seribu takir merupakan wujud syukur keraton yang dibagikan pada masyarakat. (Kirab) Ini juga menggambarkan limpahan pahala setara seribu bulan bagi umat Islam yang beribadah pada malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan," ujar Pejabat Humas Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Bambang Pardotonagoro dikutip dari merdeka.com.
Tumpeng yang dikirab di acara malam Selikuran tersebut dipercaya dapat mendatangkan rezeki dan keselamatan bagi siapapun yang menyantapnya. "Agenda-agenda budaya harus tetap diadakan apalagi di Keraton Surakarta ini juga ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya," pungkas Bambang.
(mdk/agt)